PENDAHULUAN
Antioksidan didefinisikan sebagai
senyawa yang mampu menunda, memperlambat,
atau menghambat reaksi oksidasi (Pokorny  dkk.,
2001). Senyawa antioksidan memegang peranan
penting dalam pertahanan tubuh terhadap pengaruh
buruk yang disebabkan radikal bebas. Radikal
bebas diketahui dapat menginduksi penyakit
kanker, arteriosklerosis dan penuaan, disebabkan
oleh kerusakan jaringan karena oksidasi (Kikuzaki
dan Nakatani, 1993). 
Antioksidan sintetis memiliki efektifitas
yang tinggi namun kurang aman bagi kesehatan
sehingga pengunaannya diawasi secara ketat di
berbagai negara (Pujimulyani, 2003). Studi
epidemiologi menunjukkan bahwa konsumsi buah
dan sayuran yang cukup, berhubungan dengan
tingkat kejadian yang lebih rendah terhadap jenis
penyakit seperti kanker dan kardiovaskuler. Efek
tersebut antara lain disebabkan adanya aktivitas
antioksidan alami seperti vitamin C, E, betakaroten
dan beberapa senyawa polifenol (Cos dkk., 2001).


  Rimpang temu kunci merupakan salah
satu rimpang yang banyak digunakan sebagai obat
tradisional oleh masyarakat sebagai peluruh dahak
atau untuk menanggulangi batuk, penambah nafsu
makan, menyembuhkan sariawan dan sebagai
pemacu keluarnya ASI  (Syamsuhidayat dan
Hutapea, 1991). Rimpang ini mudah didapatkan
dengan harga yang murah. Ekstrak etanol rimpang
temu kunci diketahui memiliki kandungan utama
senyawa golongan flavonoid dan minyak atsiri.
Telah banyak senyawa-senyawa dari golongan
tersebut yang dilaporkan sebagai antioksidan alami
yang potensial (Buhler dan Miranda, 2000;
Cuvelier  dkk., 1996). Berdasarkan kenyataan
tersebut, diduga bahwa ekstrak etanol rimpang
temu kunci berpotensi sebagai sumber alternatif
antioksidan dari alam. Oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian untuk mengungkap daya
antioksidan ekstrak tersebut sekaligus mengetahui
senyawa-senyawa yang bertanggung jawab atas
aktivitasnya.  
METODOLOGI PENELITIAN
Alat 
Alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah: almari pengering, mesin pembuat serbuk,
corong  Buchner,  vacuum rotary evaporator
(Heidolph WB 2000), neraca elektrik (Mettler
toledo) kapasitas 0,01-210 g,  chamber, destilasi
Stahl,  GC-MS QP-2010S Shimadzu (kolom: Rtx-5MS, 30 m, ID 0,25 mm), lampu ultraviolet 254
dan 366, spektrofotometer UV-VIS (Spectronic®
20 GenesysTM
),  delivery pipet  (Gilson  pipetmen)
20-100µL, 100-1000µL,   yellow tip, blue tip, dan
alat-alat gelas yang lazim digunakan di
laboratorium analisis.

Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah: temu kunci (Boesenbergia pandurata
(Roxb.) Schlecht) yang diperoleh dari desa
Samigaluh, Kulonprogo, Yogyakarta pada Juli
2007; pinostrobin, pinocembrin; DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil), etanol, petroleum eter, etil
asetat, HCl (kualitas p.a. E. Merck ); etanol teknis,
eter teknis, aquades, rutin (Bagian Biologi Farmasi
Fakultas Farmasi UGM), silika gel 60 F254 (E.
Merck); anisaldehid, H2SO4 pekat, FeCl3, NH4OH
dan AlCl3 (E. Merck ).

Jalannya Penelitian
Identifikasi tanaman
Identifikasi rimpang temu kunci dilakukan
di Laboratorium Farmakognosi bagian Biologi
Farmasi, Fakultas Farmasi UGM.
Pembuatan ekstrak etanol 96% 
Rimpang temu kunci yang telah dicuci
bersih, ditiriskan dan diiris tipis dikeringkan dalam
oven pada suhu 50-55º C selama 24 jam. Simplisia
kering kemudian diserbuk kasar dengan
menggunakan mesin penyerbuk. Serbuk sebanyak
296,5 g dimasukkan dalam maserator, kemudian
ditambah etanol 96% sebanyak 1000 mL dan
dibiarkan selama 24 jam dengan sesekali dilakukan
pengadukan. Setelah itu dilanjutkan penyaringan
untuk memisahkan maserat dari ampas. Proses ini
dilakukan sebanyak 3 kali. Maserat yang dihasilkan
kemudian diuapkan pelarutnya dengan
menggunakan  vacuum rotary evaporator  sehingga
diperoleh ekstrak kental etanol.
Destilasi minyak atsiri
Sebanyak 25 g ekstrak etanol kental
dimasukkan dalam labu bulat, kemudian
ditambahkan akuades hingga sepertiga bagian dari
labu, dan didestilasi dengan alat destiasi Stahl
selama 4 jam. Setelah penyulingan selesai, destilat
didiamkan beberapa saat, kemudian minyak yang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar